Jumat, 29 Agustus 2008

I CRY WITH U

Aku Menangis Bersamamu,
Aku menangis bersamamu, rakyat kecil: orang-orang miskin yang terpaksa antri beras murah berjam lamanya, yang tak punya biaya buat lanjutkan sekolah anaknya ke kota, yang terisak karena dirampas sawah dan ladangnya, yang semaput digebuk polisi karena terpaksa maling pupuk di gudang negara, yang ditampar yang ditinju yang dibanting serta diperkosa hak-haknya sebagai manusia.
"Wahai, Tuhan Yang Maha Kaya, beri kami Cinta!"
Aku menangis bersamamu, rakyat kecil: karena kalian hanya sanggup meratapi penindasan yang tak henti menggilas kehidupan tanpa mampu melakukan perlawanan, karena kalian cuma sanggup mengumpat dan mempertanyakan janji-janji keadilan dari bilik-bilik kalian yang kumuh sambil terbaring menahan perut yang kelaparan, karena kalian adalah mahluk kesayangan Tuhan.
"Wahai, Tuhan Pencipta Keadilan, beri kami Kekuatan."
Aku menangis bersamamu, rakyat kecil: yang kecut yang takut yang geram karena telah sekian lama dijadikan sapi perahan milik kaum modal dan penguasa, bangkitlah!, jangan diam saja, sekarang saatnya kita melawan, lawanlah kimiskinan, lawanlah pembodohan, lawanlah penjajahan yang telah berabad menginjak-injak nasibmu dengan sepatu lars kekuasaan, bersatulah wahai kaum yang kalah!, sekarang saatnya mewujudkan segala mimpimu akan keadilan yang telah sekian lama terpendam di dalam batin yang sakit dan terjajah, maju!, majulah rakyat kecil yang terhina, bersatulah, tunjukkan kini kuasa dirimu atas dunia.
"Wahai, Tuhan Penguasa Jagat Raya, beri kami Senjata."

Bedah Plastik Berisiko Tinggi Bagi Pasien tak Sehat

Bedah Plastik Berisiko Tinggi Bagi Pasien tak Sehat
INILAH.COM, Los Angeles - Bedah plastik berisiko tinggi dan seharusnya hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang berbadan sehat.


Kepala Departemen Bedah Plastik di University of Texas Southwestern Medical Center, Dr. Rod Rohrich, mengatakan bedah plastik itu sama risikonya sebagai bedah-bedah yang lain, dan seharusnya dilakukan lewat penyaringan yang sangat ketat.


Bersamaan dengan meningkatnya secara pesat jumlah orang yang ingin melakukan bedah plastik, para pakar berupaya untuk memberi pendidikan kepada masyarakat.


"Saya melihat konsumen AS yang menganggap operasi plastik itu seperti suatu kebutuhan pokok. Padahal menjalani operasi plastik bukan seperti membeli sebuah sepatu. Bila sepatu itu tidak cocok, Anda bisa mengembalikannya. Sementara Anda tidak bisa mengembalikan hidup Anda," papar Rohrich.


Pakar tersebut kembali menegaskan bedah plastik hanya dapat dilakukan bagi para pasien yang sehat.


"Jika mereka tidak sehat, maka jangan sekali-kali memaksakan diri menjalani bedah plastik."


Menurut Masyarakat Bedah Plastik AS, sebanyak 11 juta orang menjalani bedah plastik pada 2006, atau meningkat 48% dibanding 2000.


Sebuah studi yang dipublikasikan baru-baru ini oleh jurnal Plastic and Reconstructive Surgery menemukan bahwa komplikasi serius terjadi dalam satu di antara 298 kasus.


Disebutkan juga, terjadi kematian dalam satu di antara 51.459 kasus.


Rohrich mengatakan gencarnya pemberitaan media yang memfokuskan kepada para selebritas dan perkembangan penayangan TV realitas menjadi sebab utama meningkatnya popularitas bedah plastik.


Studi yang dipublikasian pada Juli lalu itu mengungkapkan penayangan TV realitas secara langsung mempengaruhi orang untuk memutuskan menjalani operasi plastik.[Ant/L2]